Minggu, 10 Mei 2015

Dal dan Dul : Mengalah untuk Menang

Jika jodoh akan bertemu, maka itu pula yang akan terjadi dengan cerita ini. Ketika semuanya pasti berakhir dengan bahagia.
“Dul, apa yang kau pikirkan?”, tanya Dal mengayunkan kakinya.
“Ngga ada.. Panas banget..”, jawab Dul santai mengusap keringat yang mengalir deras di keningnya. Tak ada yang mengganggu mereka menikmati pemandangan pematang sawah yang menghembus desa Ringin Sari. Desa yang begitu sejuk dan rindang yang belum dan tak akan ada yang bisa menghancurkan suasananya. Pemandangan, pohon, dan semua kekayaan yang diciptakan tuhan yang tidak akan hilang kecuali ada yang merusak kata-kata ini. Walaupun semua bergerak seperti mimpi. Impian itu pasti akan terwujud, karena hal yang penting adalah bagaimana kalian mewujudkannya.


Siang ini begitu panas, terasa sampai kulit tak berhentinya mengeluarkan keringat dari seluruh tubuh. Hanya saja tak memindahkan tempat Lis dan Sri mengobrol di taman. Taman ini adalah tempat yang paling ramai diwaktu malam minggu. Itu adalah malam ini, dimana ada panggung yang siap untuk menghibur suasana yang galau ini.
“ada acara ya, malem ini?”, tanya Lis ke Sri.
“ya, acara Ulang tahun desa. Bang Dal diminta jadi pembawa acara..”, jawab Sri Santai.
“ooh..”, Lis hanya bergumam.


***

 
Malam ini adalah malam yang ditunggu - tunggu oleh semua orang. Tapi tidak dengan Dul, ia tampak merenung sambil menggerakkan kakinya. Sedangkan di tengah taman, Sri dan Lis sedang menikmati indahnya acara yang di bawa oleh Dal, sang pemandu acara.

“baiklah.. inilah acara selanjutnya.. acara yang ditunggu-tunggu oleh kita semua.. yaitu Seorang penyanyi lagu yang kemarin menjuarai kontes antardesa.. dialaah.. Diana Putri..dia akan membawakan lagu milik Utopia dengan judul Mencintaimu Sampai Mati..”, suara Dal dari atas panggung.

Sri dan Lis menikmati nyanyian dari artis panggung ini. Malam ini sangatlah meriah karena acara ini dihadiri oleh instansi desa. Walaupun begitu tak ada yang menanyakan keberadaan Dul yang dari tadi sore tak terlihat, entah dimana dia? Dan dari tadi kedua gadis ini tak menanyakan keberdaannya. Sri menengadah dan melihat ke arah panggung untuk mencari keberadaan Dal. Lis yang tak mengerti tingkah laku teman disebelahnya. “Sri, kamu lagi ngapain ?”, tanyanya sambil menepuk pundak Sri. “Entahlah, kenapa ya dari tadi aku tak melihat keberadaan Dul? Kemana ya dia?” jawab Sri dengan dahinya yang berkerut. Lis menengok ke kanan dan ke kiri, namun tak menemukannya. Dia menaikkan pundaknya. Mata Sri menatap tajam. Lis menunduk sambil menggelengkan kepalanya. “ooh.. Kenapa sih kamu? Kok ngga tau? Memangnya kamu ngga peduli apa sama dia..”, kata Sri. Lis tampak berfikir, “aku ngga maksud gitu, lagian dia lucu.”.Sri menggangguk, Dia mulai menasihati Lis “walaupun dia lucu bukan berarti kamu mau mempermainkan perasaannya. Terkadang aku nih liat kamu aneh, peduli sama orang keras dan kejam tapi kamu malah mempermainkan orang yang ramah dan lucu. Selama ini aku belum pernah dia keras apalagi menganiaya orang lain. Aku tau kamu tuh orangnya baik, tapi kamu jangan sampai terbalik dong masa' sama orang yang kasar malah kamu baik-baikin terus sama yang baik kamu mainin..”. Lis berbalik menatap Sri, ia menjawab, “Kalau orang yang kasar dan kejam bukannya dia akan berubah? Lagian, kalau orang yang ramah dia akan tetap ramah. Dan aku tau kalau aku cuma mengajaknya bercanda. Mana mungkin aku mempermainkan orang?. Sri diam dan tersenyum kecil.”kenapa kamu ketawa?”, tanya Lis. “Aku ngga mengerti sama kamu. Aku pengen tau sebenarnya menurutmu mas Dul gimana sih?”, kata Sri penasaran. “Dia lucu kok. Dia juga ramah seperti yang kamu jelasin tadi.” jawab Lis datar. “terus? “, Sri bertanya penasaran. “Terus apa?”, “terus kamu suka ngga sama dia?”, tanya Sri. Lis hanya tersenyum dan tertunduk. Namun Sri melihat ada sedikit rona ketertarikan yang luar biasa. “yaudah.. mending kita lihat acara selanjutnya dan mudah-mudahan ntar aku liat dia..”kata Sri mencairkan suasana.

Malam ini terasa dingin dan hanya suara acara di taman yang terdengar dari balik jembatan. Namun hal ini tak membuat Dul pindah dari tempatnya. Ia masih saja duduk termenung. Seolah dia teringat kata Dal, “Kadang untuk mendapatkan yang kita cintai kita harus mengalah, mengalah untuk menang”. Seolah kata itu menghantuinya malam ini. Menang? Gimana caranya? Aku jadi lebih bingung sekarang pikirnya. Dari belakang ada seorang yang menepuk pundaknya, Dul sontak menengok. “Hei, Boy.. kenapa ngelamun?”. Tanya orang itu. “Ada ngga.. kenapa pada kesini?”, tanya Dul heran. Ternyata mereka grup freestyle biker yang akan tampil di panggung. “Temenmu yang nyuruh kita kesini. Katanya acara dipindah kesini lagipula disini lebih cocok.” jawabnya sembari menunjuk dengan jempolnya. Ternyata yang datang bukan hanya mereka tapi Dal dan semua anak muda yang ada ditaman.

Pemain keyboard datang dan menyerahkan mikrofon kepada Dul. Grup freestyle biker segera beraksi. Namun Dul bingung dan bertanya lirih kepada pemain keyboard. Dia pun menunjuk ke Dal dan segera memainkan keyboardnya.Dia menatap Dal tajam. Dal hanya tersenyum dan segera menaikkan mikrofonnya. “Oke.. acara selanjutnya adalah balas pantun berpasangan..”, kata Dal dan menyerahkan mikrofonnya kepada Lis yang berada di sebelah Sri.

“ada ikan di dalam kolam, ikan berenang sangat dalam, untuk semua teman kuucapkan salam, saudara – saudari selamat malam..”, kata Dul lantang. Semua orang bertepuk tangan. Lis hanya memegang mikrofon. Sri dan Dal menatap Lis sambil mengangguk-angguk memberi isyarat untuk membalas pantunnya. “buah duku buah delima, siapa orang yang tidak suka, untuk semua teman jangan bersedih dan berduka, mari kita bahagia selamanya.. “, jawab Lis. “nyanyi dangdut sama bang roma, sambil joget ikuti irama, kalau ada yang kau suka, katakanlah dengan merdeka..,”. Balas Dul. “buah duku buah delima, siapa orang yang tidak suka, kalau kamu percaya sama saya, coba bilang siapa dia..” jawab Lis. “ada mobil ditengah jalan, jadi aku nyetir motor pelan, ini sebenarnya bukan akal-akalan, aku cuma pengen kenalan..”, tanya Dul. “buah duku buah delima, siapa orang yang tidak suka..” sontak orang tertawa karena lis slalu mengulangi kata-kata itu. Lis berhenti sejenak. “bukannya kita udah kenal lama, kenapa masih tanya juga..”, jawab Lis sembari menundukkan kepalanya. Dia takut kalau Dul menembaknya di depan orang. “ada tuan ada nyonya, ada tukul ada sonya, coba ini yang aku punya, tapi kita jadi teman selamanya?”,kata Dul. “buah duku buah delima, siapa orang yang tidak suka, jangan berpura-pura, siapa yang kau suka?”, tanya Lis kepada Dal. “kalau ada jalan disana, mari kita kesana, entah jodoh ada dimana, aku tak tau nona.”, jawab Dul serak. Ia menyerahkan mikrofonnya kepada Pemain keyboard. Lis tersenyum dan menjawab, “aku sayang sama kamu, mas Dul”, kata Lis. Semua orang tersentak. Lis menyerahkan mikrofonnya kepada Dal. Ia berlari dan memeluk Dul. Dal dan Sri tertawa lirih.

Dal lalu memangkat mikofon. Ia berkata, “buah duku buah delima, udah habis kita makan semua..”ia tertawa dan diikuti tawa oleh semua orang. “baiklah, acara kita selanjutnya adalah bernyanyi bersama.. yuuu....”. Kata itu adalah yang menghiasi indahnya malam ini.

Lis masih memeluk Dul. Mereka berjoget bersama. Tak ada yang bisa dikatakannya selain merasakan bahagia. Apa yang dikatakan oleh Dal benar. Aku hanya berharap kita kita tidak terpisah selamanya mulai malam ini sampai selanjutnya. Sampai maut memisahkan kita. Karena aku yakin kamulah jodohku. Pikir dul. Lis hanya menengok keatas menatap Dul dan mengeratkan pelukannya.Dal tersenyum dan lis membalas senyum itu.

THE END