Jika jodoh akan
bertemu, maka itu pula yang akan terjadi dengan cerita ini. Ketika
semuanya pasti berakhir dengan bahagia.
“Dul, apa yang
kau pikirkan?”, tanya Dal mengayunkan kakinya.
“Ngga ada..
Panas banget..”, jawab Dul santai mengusap keringat yang mengalir
deras di keningnya. Tak ada yang mengganggu mereka menikmati
pemandangan pematang sawah yang menghembus desa Ringin Sari. Desa
yang begitu sejuk dan rindang yang belum dan tak akan ada yang bisa
menghancurkan suasananya. Pemandangan, pohon, dan semua kekayaan yang
diciptakan tuhan yang tidak akan hilang kecuali ada yang merusak
kata-kata ini. Walaupun semua bergerak seperti mimpi. Impian itu
pasti akan terwujud, karena hal yang penting adalah bagaimana kalian
mewujudkannya.
Siang ini begitu
panas, terasa sampai kulit tak berhentinya mengeluarkan keringat dari
seluruh tubuh. Hanya saja tak memindahkan tempat Lis dan Sri
mengobrol di taman. Taman ini adalah tempat yang paling ramai diwaktu
malam minggu. Itu adalah malam ini, dimana ada panggung yang siap
untuk menghibur suasana yang galau ini.
“ada acara ya,
malem ini?”, tanya Lis ke Sri.
“ya, acara Ulang
tahun desa. Bang Dal diminta jadi pembawa acara..”, jawab Sri
Santai.
“ooh..”, Lis
hanya bergumam.
***
Malam ini adalah
malam yang ditunggu - tunggu oleh semua orang. Tapi tidak dengan Dul,
ia tampak merenung sambil menggerakkan kakinya. Sedangkan di tengah
taman, Sri dan Lis sedang menikmati indahnya acara yang di bawa oleh
Dal, sang pemandu acara.
“baiklah..
inilah acara selanjutnya.. acara yang ditunggu-tunggu oleh kita
semua.. yaitu Seorang penyanyi lagu yang kemarin menjuarai kontes
antardesa.. dialaah.. Diana Putri..dia akan membawakan lagu
milik Utopia dengan judul Mencintaimu Sampai Mati..”, suara
Dal dari atas panggung.
Sri dan Lis
menikmati nyanyian dari artis panggung ini. Malam ini sangatlah
meriah karena acara ini dihadiri oleh instansi desa. Walaupun
begitu tak ada yang menanyakan keberadaan Dul yang dari tadi sore tak
terlihat, entah dimana dia? Dan dari tadi kedua gadis ini tak
menanyakan keberdaannya. Sri menengadah dan melihat ke arah panggung
untuk mencari keberadaan Dal. Lis yang tak mengerti tingkah laku
teman disebelahnya. “Sri, kamu lagi ngapain ?”, tanyanya
sambil menepuk pundak Sri. “Entahlah, kenapa ya dari tadi aku tak
melihat keberadaan Dul? Kemana ya dia?” jawab Sri dengan dahinya
yang berkerut. Lis menengok ke kanan dan ke kiri, namun tak
menemukannya. Dia menaikkan pundaknya. Mata Sri menatap tajam. Lis
menunduk sambil menggelengkan kepalanya. “ooh.. Kenapa
sih kamu? Kok ngga tau? Memangnya kamu ngga peduli apa sama
dia..”, kata Sri. Lis tampak berfikir, “aku ngga maksud
gitu, lagian dia lucu.”.Sri menggangguk, Dia mulai menasihati Lis
“walaupun dia lucu bukan berarti kamu mau mempermainkan
perasaannya. Terkadang aku nih liat kamu aneh, peduli sama
orang keras dan kejam tapi kamu malah mempermainkan orang yang ramah
dan lucu. Selama ini aku belum pernah dia keras apalagi menganiaya
orang lain. Aku tau kamu tuh orangnya baik, tapi kamu jangan sampai
terbalik dong masa' sama orang yang kasar malah kamu
baik-baikin terus sama yang baik kamu mainin..”. Lis
berbalik menatap Sri, ia menjawab, “Kalau orang yang kasar dan
kejam bukannya dia akan berubah? Lagian, kalau orang yang ramah
dia akan tetap ramah. Dan aku tau kalau aku cuma mengajaknya
bercanda. Mana mungkin aku mempermainkan orang?. Sri diam dan
tersenyum kecil.”kenapa kamu ketawa?”, tanya Lis. “Aku ngga
mengerti sama kamu. Aku pengen tau sebenarnya menurutmu mas
Dul gimana sih?”, kata Sri penasaran. “Dia lucu kok. Dia
juga ramah seperti yang kamu jelasin tadi.” jawab Lis datar.
“terus? “, Sri bertanya penasaran. “Terus apa?”,
“terus kamu suka ngga sama dia?”, tanya Sri. Lis hanya
tersenyum dan tertunduk. Namun Sri melihat ada sedikit rona
ketertarikan yang luar biasa. “yaudah.. mending kita
lihat acara selanjutnya dan mudah-mudahan ntar aku liat dia..”kata
Sri mencairkan suasana.
Malam ini terasa
dingin dan hanya suara acara di taman yang terdengar dari
balik jembatan. Namun hal ini tak membuat Dul pindah dari tempatnya.
Ia masih saja duduk termenung. Seolah dia teringat kata Dal, “Kadang
untuk mendapatkan yang kita cintai kita harus mengalah,
mengalah untuk menang”. Seolah kata itu menghantuinya malam
ini. Menang? Gimana caranya? Aku jadi lebih bingung sekarang
pikirnya. Dari belakang ada seorang yang menepuk pundaknya, Dul
sontak menengok. “Hei, Boy.. kenapa ngelamun?”. Tanya orang itu.
“Ada ngga.. kenapa pada kesini?”, tanya Dul heran. Ternyata
mereka grup freestyle biker yang akan tampil di panggung. “Temenmu
yang nyuruh kita kesini. Katanya acara dipindah kesini lagipula
disini lebih cocok.” jawabnya sembari menunjuk dengan jempolnya.
Ternyata yang datang bukan hanya mereka tapi Dal dan semua anak muda
yang ada ditaman.
Pemain keyboard
datang dan menyerahkan mikrofon kepada Dul. Grup freestyle biker
segera beraksi. Namun Dul bingung dan bertanya lirih kepada pemain
keyboard. Dia pun menunjuk ke Dal dan segera memainkan
keyboardnya.Dia menatap Dal tajam. Dal hanya tersenyum dan segera
menaikkan mikrofonnya. “Oke.. acara selanjutnya adalah balas pantun
berpasangan..”, kata Dal dan menyerahkan mikrofonnya kepada Lis
yang berada di sebelah Sri.
“ada ikan di
dalam kolam, ikan berenang sangat dalam, untuk semua teman kuucapkan
salam, saudara – saudari selamat malam..”, kata Dul lantang.
Semua orang bertepuk tangan. Lis hanya memegang mikrofon. Sri dan Dal
menatap Lis sambil mengangguk-angguk memberi isyarat untuk membalas
pantunnya. “buah duku buah delima, siapa orang yang tidak suka,
untuk semua teman jangan bersedih dan berduka, mari kita bahagia
selamanya.. “, jawab Lis. “nyanyi dangdut sama bang roma, sambil
joget ikuti irama, kalau ada yang kau suka, katakanlah dengan
merdeka..,”. Balas Dul. “buah duku buah delima, siapa orang yang
tidak suka, kalau kamu percaya sama saya, coba bilang siapa dia..”
jawab Lis. “ada mobil ditengah jalan, jadi aku nyetir motor pelan,
ini sebenarnya bukan akal-akalan, aku cuma pengen kenalan..”, tanya
Dul. “buah duku buah delima, siapa orang yang tidak suka..”
sontak orang tertawa karena lis slalu mengulangi kata-kata itu. Lis
berhenti sejenak. “bukannya kita udah kenal lama, kenapa masih
tanya juga..”, jawab Lis sembari menundukkan kepalanya. Dia takut
kalau Dul menembaknya di depan orang. “ada tuan ada nyonya, ada
tukul ada sonya, coba ini yang aku punya, tapi kita jadi teman
selamanya?”,kata Dul. “buah duku buah delima, siapa orang yang
tidak suka, jangan berpura-pura, siapa yang kau suka?”, tanya Lis
kepada Dal. “kalau ada jalan disana, mari kita kesana, entah jodoh
ada dimana, aku tak tau nona.”, jawab Dul serak. Ia menyerahkan
mikrofonnya kepada Pemain keyboard. Lis tersenyum dan menjawab, “aku
sayang sama kamu, mas Dul”, kata Lis. Semua orang tersentak. Lis
menyerahkan mikrofonnya kepada Dal. Ia berlari dan memeluk Dul. Dal
dan Sri tertawa lirih.
Dal lalu memangkat
mikofon. Ia berkata, “buah duku buah delima, udah habis kita makan
semua..”ia tertawa dan diikuti tawa oleh semua orang. “baiklah,
acara kita selanjutnya adalah bernyanyi bersama.. yuuu....”. Kata
itu adalah yang menghiasi indahnya malam ini.
Lis masih memeluk
Dul. Mereka berjoget bersama. Tak ada yang bisa dikatakannya selain
merasakan bahagia. Apa yang dikatakan oleh Dal benar. Aku hanya
berharap kita kita tidak terpisah selamanya mulai malam ini sampai
selanjutnya. Sampai maut memisahkan kita. Karena aku yakin kamulah
jodohku. Pikir dul. Lis hanya menengok keatas menatap Dul dan
mengeratkan pelukannya.Dal tersenyum dan lis membalas senyum itu.
THE END