Minggu, 10 Agustus 2014

Dal dan Dul: Surat Itu


Ketika kita membicarakan tentang cinta..
Masih pagi sekali, bahkan matahari belum muncul.. Lis sudah menemukan sesuatu yang lain di depan meja. “mungkin ini surat dari Pak Lurah..” fikirnya walaupun hati penasaran dengan isi surat itu. Tengok kanan dan kiri, tidak ada yang melihat ia langsung membawa surat itu kekamar dan mulai membacanya.



Ketika malam datang dan awan menjadi mendung
Ketika perasaan ini sudah tak lagi terbendung
Hanya bisa diam dan duduk termenung
Aku lebih parah daripada orang yang kena tenung

Jiwa ini terasa terbelenggu
Ingin katakan tapi aku ragu
Berusaha menjagamu selalu
Kan ku katakan walaupun malu

I Love you..

Neneknya masuk kedalam kamar. Lis tak menyadari ketika Neneknya datang, ia hanya sibuk memperhatikan surat itu. Ia teringat masa – masa SMA saat Dul menyatakan perasaannya ke Lis dan dia menyatakan perasaannya juga. Nenek tersenyum “ sahur dulu ndok..”, tangannya meraih paha Lis. Lis terperanjat “ iya.. ya.. mbah..” jawabnya dan mengikuti keinginan neneknya.
***
hari yang suci untuk mengungkapkan keinginan yang suci”, kata Sri kepada Lis. Lis hanya tertunduk dan menahan senyum. Mereka duduk santai di ruang tamu depan. Angin sepoi – sepoi menggerakkan dahan dan rambut mereka. Angin itu menembus ruang cendela.
Lis mengangkat kepalanya, “terus aku harus bagaimana?” tanyanya. “ngga sulit, jawab aja apa yang kamu ingin sampaikan kepadanya. Jangan buat dia menunggu”, Sri menjelaskan sembari tangannya menyentuh pundak Lis.”baiklah ntar aku jawab nanti malam, tapi aku kan ngga bisa buat puisi.. “ jawabnya lirih. “ ya jawab aja.. terserah kamu gimana..” Sri menjelaskannya. “ yakinlah.. kamu pasti bisa..” dua jempolnya diacungkan ke Lis. Ia hanya mengangguk – anggukkan kepalanya.

***
Duung.. duung.. duung..
Maghrib pun tiba. Dal yang sengaja main kerumah Dul penasaran dengan usahanya kali ini. “Gimana hasilnya, Dul? Udah ada jawaban belum?” tanyanya serius. “Belum, dari tadi aja aku dah sering lewat depan rumahnya tapi ngga ada tanda – tanda.” Jawab Dul tenang. “ tapi gimana caranya kamu naruh surat itu? Tanya Dal heran. “Hehee.. ngga sulit.. habis aku nulis surat itu, aku main agak malem ke rumahnya. Waktu itu aku ketemu neneknya terus bilang aja.. ini ada surat buat Lis.. gitu deh..”, jelas dul. Dal mengernyitkan dahinya “terus neneknya tanya aneh – aneh ngga?”, tanya Dal penasaran. “ ngga.. dia Cuma ngeliat sebentar terus masuk aja..” terang Dul. “Oke kalo gitu, aku juga pengen tau hasilnya..” kata Dal sambil meneguk Es Marimas yang sudah dibeli dari tadi siang
Tidak terasa kalau waktu sudah masuk isya. Mereka berdua sudah bersiap berangkat ke masjid. Ditengah perjalanan, mereka bertemu dengan Sri dan Lis. Sri dan Lis tampak tersenyum saat bertemu mereka. “Apa yang akan terjadi ?“, pikir Dul.
***
Solat terawih sudah selesai. Tampak Lis dan Sri beranjak pulang.”kamu ngga ngaji dulu ?”, tanya Gina.” Ngga lah, aku ada urusan aku langsung pulang ja.. “, jawab Lis. Dal dan Dul memperhatikan dari tadi. Padahal rencana mereka berdua malam ini mau mengaji sambil menunggu jawaban dari Lis. Melihat Lis mau pulang, Dul berdiri dan berajak pulang namun dicegah oleh Gina. “Ini ada sesuatu dari Lis..”, kata Gina. Sebuah surat pikir Dul. Dal tersenyum ke Dul dan matanya memberi tanda untuk mengajaknya ke pinggir masjid.
“ Cepat buka Dul..” perintah Dal. Dul mencoba menerawang isinya. Karna penasaran Dul mulai menyobek ujung amplop dan mengeluarkan isinya. Surat itu dibuka perlahan oleh Dul. Mereka pun mulai membacanya.
“Qul huwallahhu ahad, Allahus somad, lam yalid walam yulad, walam yakullahu kufuwan ahad..”,
“ini kan surat Al-ikhlas Dal”, tukas Dul. Dal menunduk dan tangannya menarik – narik janggutnya. “aku pikir jawabannya ada dua diantara dua kemungkinan”, terang Dal. Dul penasaran dan langsung bertanya,” apa itu?”
“dia ingin kamu belajar ikhlas atau dia menerima kamu dengan ikhlas..“ terang Dal.
Para remaja dalam masjid tertawa lirih mendengar jawaban Dal. Rupanya mereka menguping pembicaraan mereka dipinggir Masjid termasuk Gina. Gina yang sudah selesai mengaji melambaikan tangan. Dal dan Dul memasang wajah bingung dan segera masuk masjid untuk menemui Gina dan mengaji bersama yang lainnya.