Jumat, 24 Mei 2013

Dal dan Dul: Untuk Kesempatan

Sudah lama Dal dan Dul merantau ke jakarta, kini sudah saatnya mereka pulang. Walau dengan tangan hampa, setidaknya uang lima puluh ribu itu adalah uang yang mereka miliki saat tiba di rumah. Perjalanan melewati desa mereka sendiri, Desa Ringinsari, yang masih belum berubah. Sawahnya, rumah jalan, termasuk surau desa masih sama seperti lima tahun yang lalu saat mereka merantau. Dalam hati Dul juga berharap kalau lis masih seperti dulu.

Mereka sudah mencapai perkampungan. Dal mendapat senyum dari Sri, kekasihnya, yang segera menghampirinya. " Mas belum berhasil, Dik ", kata Dal. " Ngga apa - apa, Mas. Yang penting Mas bisa pulang dengan sehat dan selamat ", jawab Sri. Dul hanya melihat mereka dengan tatapan hampa. Dal dan Sri berjalan beriringan sambil mengobrol, mereka hanyut dalam obrolan mereka hingga melupakan Dul. Dia hanya mendengarkan. Namun sebelum berpisah, Sri berbisik se telinga Dal. " Besok main ke rumahku, tadi Sri bilang tentang Lis", kata Dal sebelum berpisah dengan Dul.

Pagi - pagi sekali Dul sudah datang. Rumah Dul luasnya hanya beberapa meter saja bahkan mereka duduk beralaskan tikar. " Lis banyak cerita tentangmu pada Sri ", kata Dal. " Aku tau, tapi.. apa aku masih bisa berharap? ", tanya Dul teringat tentang dengan Lis, wanita kembang desa. Lis adalah wanita berparas manis, sopan dan sering membantu ibunya. Banyak yang menyukainya walaupun tak ada yang berani mendekatinya. " Tak ada yang tidak mungkin Dul. Kau punya mata untuk melihat, kau juga punya kaki untuk berjalan bahkan berlari ", kata Dul serius.

" Aku tau itu.. " jawab dul. " Begini saja, cobalah mengejar Lis kalau kamu memang sayang sama dia. Buktikan, karna wanita itu perlu bukti kalau kamu memeng menyayanginya. Lakukan sesuatu untuk kesempatan mendekati Lis. Kalau perlu kejar dia ", sambung Dal menatap Dul. Kepala Dul tertunduk, ia berfikir.

Dul berdiri, keluar meninggalkan rumah Dal. "Lakukan sesuatu untuk kesempatan mendekati Lis", adalah kata terakhir yang diingat Dul. Ia kemudian menuju persawahan untuk menemui Lis. Di kejauhan sana, terlihat Lis sedang beristirahat. Segera ia mengangkat tangan dan berteriak memanggil Lis. Kakinya segera mengambil langkah cepat. Lis terperanjat melihat tingkah laku Dul. Segera ia menjinjing Rok yang menutupi lutut dan berlari menuju rumahnya. Dul tidak menyerah, ia bahkan berlari lebih cepat walaupun jarak mereka cukuo jauh. Kakinya bergerak dengan lincah melewati pematang sawah. sampai ia tak menduga ada jalan berbelok yang membuat pengejarannya berakhir. Lis menengok ke belakang tapi tak mendapati Dul.

Keesokan harinya, Lis mengunjungi rumah Sri. " Kemarinaku lihat Mas Dul lari - lari ", ungkap Lis. " Dia itu pengen ngejar kamu, untuk deket sama kamu ",kata Sri menjelaskan. " Ada - ada aja Mas Dul " kata Lis tersenyum. " Tapi sekarang dia ngga bisa mengejar kamu lagi, kakinya luka - luka dan badannya panas. Dia terpeleset dan jatuh ke dalam sawah", jawab Sri. Lis jadi terharu mendengarnya.

Ini adalah cerpen yang saya coba kirim ke Harian Bangka Pos.
harap meninggalkan komentar atau membagikannya lewat tautan di bawah ini.